Festival Situ Wulukut 2023: Membangkitkan Budaya Lokal Sambil Menjaga Ekosistem Mata Air
KUNINGAN – Ikhtiar melestarikan mata air dan ekosistem yang ada di dalamnya bisa dilakukan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan membangun kesadaran masyarakat untuk lebih memiliki dan mencintai lingkungan.
Upaya itu terlihat pada perhelatan Festival Situ Wulukut tahun 2023 yang digelar selama 3 hari di sekitar Obyek Wisata Situ Wulukut, Désa Kertayuga Kecamatan Nusaherang Kabupatén Kuningan.
Inisiator Festival Situ Wulukut, Deki Zaenal Mutaqin, saat dikonfirmasi Sabtu (18/11/2023) menjelaskan, selain bertujuan untuk melestarikan mata air yang berada di sekitar Situ Wulukut, Festival yang bertema Rajabrana ini juga digelar untuk melestarikan tradisi dan budaya kearifan lokal di sana.
“Dengan inti kegiatan Mapag Cituah, festival ini memiliki semangat besar untuk menyambut kembali bangkitnya budaya kearifan lokal yang berkembang di masyarakat sini,” terang Deki, yang juga seorang legislator ini.
Mapag Cituah, imbuhnya, diartikan sebagai menjemput air yang mengandung tuah atau manfaat yang besar bagi kehidupan. Semangat sakral dari tradisi Mapag Cituah ini, adalah adanya upaya masyarakat untuk tetap melindungi dan melestarikan mata air dengan berbagai upaya.
“Sedangkan Rajabrana, adalah menggali potensi baik sumberdaya alam, potensi tradisi budaya lokal maupun sumberdaya manusia untuk dilestarikan bagi kebaikan generasi penerus,” ujarnya.
Leluhur kita, kata Deki lagi, sudah dari dulu memiliki tradisi, budaya dan norma-norma yang erat kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan alam. Seperti budaya dan tradisi melindungi mata air, budaya bertani dan mengolah lahan, menjaga ekosistem dan lainnya.
“Para leluhur kita sudah sangat tinggi akhlaknya pada sesama, termasuk akhlak terhadap alam. Alam itu jangan dirusak tapi harus dipelihara kelestariannya, ” tandasnya.
Pada event Féstival Situ Wulukut yang baru digelar kembali setelah sekian lama tidak dilaksanakan ini, selain melibatkan Pemdes dan masyarakat setempat, panitia juga melibatkan para praktisi lingkungan, pemuka agama, kebudayaan, akademisi dan seni tradisi.
“Besok (Ahad, 19/11) kita akan menutup festival ini dengan diskusi seputar wawasan kebangsaan bersama para narasumber dan masyarakat setempat yang akan dimulai pagi hari,” imbuhnya.
Selain dihadiri sejumlah tokoh dari Kabupaten Kuningan, Festival Rajabrana Situ Wulukut ini dihadiri juga oleh perwakilan Forkompinda, Dinas Pariwisata dan Olahraga Jawa Barat, beberapa Kepala SKPD, dan perwakilan praktisi budaya dari Negara Turki, Kazakhtan, Venezuela dan Yordania. (Nars)