Jembatan Semar Ambruk, 52 Hektare Sawah di Wilanagara Terancam Tak Tergarap
KUNINGAN – Jembatan penghubung antara pemukiman warga dan area persawahan di Blok Beber, Desa Wilanagara Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan ambruk, menyebabkan 52 hektare sawah produktif terancam tidak tergarap. Ambruknya jembatan ini disebabkan terkikisnya pondasi oleh aliran Sungai Cisanggarung yang deras.
Menurut Kepala Desa Wilanagara, Asep Sudiana, jembatan yang dikenal dengan nama “Jembatan Semar” ini dibangun dengan anggaran swadaya masyarakat pada tahun 1987-1989. Usianya yang mencapai 35 tahun akhirnya harus takluk oleh kekuatan alam.
Asep Sudiana membenarkan bahwa kondisi jembatan memang telah lama terpantau kritis.
“Kami sudah memantau kondisi jembatan ini sejak lama. Pada tahun 2022 lalu, pemerintah desa sempat memperbaiki pondasi jembatan yang terkikis air sungai dengan menambalnya menggunakan batu-batu. Hasil perbaikan tersebut bisa menopang badan jembatan selama dua tahun,” ujar Asep.
Namun, pada tanggal 24 Mei 2024, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut dalam waktu yang lama. Akibatnya, pondasi jembatan kembali terkikis oleh aliran air sungai yang deras.
Akhirnya, pada Sabtu (01/06/2024) pagi waktu Subuh, badan jembatan tersebut amblas karena dua tiang jembatan tidak mampu menopang badan jembatan.
- Nuzul Rachdy dan Ujang Kosasih Ditetapkan Sebagai Pimpinan Sementara DPRD Kuningan
- Kapolres Kuningan Sabet 3 Piala di 5th Kuningan Koi Show, Kontes Jadi Daya Tarik Ekonomi Baru
- Dilantik Jadi Anggota DPRD Kuningan Besok, H. Atif Mukhlis Siap Perjuangkan Sektor Keagamaan
- Ketua DPD KNPI Kuningan: Peran Media Massa dan Pemuda Krusial untuk Sukseskan Pilkada 2024
- Kapten Band Rilis Single Terbaru “Keras Kepala”, Tawarkan Nuansa Reggae Rock yang Enerjik
“Karena pondasi terbawa arus sungai, sehingga dua tiang nampak menggantung,” jelas Asep Sudiana.
Ambruknya Jembatan Semar ini, imbuhnya, membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan para petani di Desa Wilanagara. Sebagian besar petani yang memiliki lahan persawahan di Blok Beber kini tidak bisa berangkat untuk menggarap sawah mereka.
“Jika harus berangkat menggarap sawah, mereka terpaksa harus menyeberangi aliran Sungai Cisanggarung, yang jika musim hujan selalu meluap,” kata Asep.
Tidak hanya menghambat akses petani ke sawah mereka, ambruknya jembatan ini juga berdampak pada lalu lintas pupuk dan transportasi hasil panen. “Jika tidak segera diperbaiki, ini akan berdampak luas terhadap terganggunya proses penggarapan area persawahan,” tambahnya.
Kepala Desa Wilanagara berharap pemerintah segera turun tangan untuk memperbaiki jembatan yang ambruk tersebut. “Kami berharap ada perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah untuk segera memperbaiki jembatan ini. Jika tidak, banyak petani yang akan mengalami kerugian besar karena sawah mereka tidak bisa tergarap,” tutup Asep Sudiana. (Nars)