KUNINGAN – Sapi Pasundan, plasma nutfah asli Kuningan yang menjadi kebanggaan masyarakat lokal, mendapatkan perhatian serius dari Anggota DPRD Kuningan, Ali Akbar. Ia menyatakan komitmennya untuk menjaga dan mengembangkan sapi khas ini melalui dukungan terhadap program Gerbang Sapiku yang diinisiasi oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan.
“Sapi Pasundan bukan sekadar ternak biasa, tetapi ikon daerah yang mencerminkan identitas Kuningan. Keunggulan dagingnya yang alami dan berkualitas membuatnya layak diperhitungkan, bahkan melebihi sapi lokal lainnya seperti Sapi Bali atau Sapi Kupang,” ujar Ali Akbar pada Kamis (23/1/2025).
- Polres Kuningan Ungkap Tujuh Kasus Narkoba, Barang Bukti Mulai Sabu Hingga Ganja
- Panen Jagung di Desa Cimulya: Pencapaian Target Ketahanan Pangan Kabupaten Kuningan Melalui Sinergitas Lintas Sektoral
- Instruksi Presiden Soal Efisiensi Anggaran, Sektor Perhotelan dan Resto di Kuningan Terpukul
- Waspada, Bahaya Mikroplastik Bisa Masuk ke Otak Manusia: Penelitian Ungkap Begini
- BUMDes Talagasari Resmi Dilantik, Fokus pada Pengelolaan Sampah dan Ketahanan Pangan
Dukungan terhadap pelestarian Sapi Pasundan juga sempat disinggung Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi. Dalam pertemuan dengan Bupati Kuningan terpilih, Dian Rachmat Yanuar, di kanal YouTube pribadinya, Dedi menekankan pentingnya menjaga warisan ini.
“Jika Kang Dedi saja menaruh perhatian pada Sapi Pasundan, tentu kita sebagai masyarakat Kuningan harus lebih peduli,” tegas Ali Akbar.
Menurutnya, Sapi Pasundan memiliki berbagai keunggulan, terutama pada kualitas dagingnya. Pola pemeliharaannya yang semi intensif, di mana sapi dibiarkan mencari makan secara alami di hutan, menjadikannya memiliki kualitas daging yang lebih baik.

“Daging Sapi Pasundan memiliki rasa yang unik dan kualitasnya luar biasa. Saya yakin, jika dibandingkan dengan steak di restoran besar, daging ini tidak kalah, bahkan bisa lebih unggul,” ungkap Ali.
Sapi Pasundan, imbuhnya, telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kuningan, khususnya di wilayah Kecamatan Cibingbin seperti Desa Dukuh Badag, Bantar Panjang, dan Ciangir, yang menjadi pusat populasi terbesar sapi ini. Proses pengembangbiakannya dilakukan secara alami tanpa inseminasi buatan, sehingga melestarikan tradisi peternakan turun-temurun.
Ali Akbar memandang perlu adanya regulasi untuk melindungi dan mengembangkan Sapi Pasundan. Ia mengusulkan agar Kuningan memiliki peraturan daerah (perda) yang mewajibkan penggunaan daging Sapi Pasundan di hotel dan restoran lokal.
“Jika perda ini diterapkan, peternak akan lebih diberdayakan, populasi sapi meningkat, dan ekonomi lokal semakin kuat,” jelasnya.
Selain regulasi, ia juga menekankan pentingnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah untuk memperluas program Gerbang Sapiku ke wilayah lain di Kuningan. “Pengembangan Sapi Pasundan ini harus menjadi prioritas, agar ikon daerah ini tidak hanya dikenal, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang nyata,” katanya.
Bagi Ali, pelestarian Sapi Pasundan bukan sekadar kebijakan ekonomi, tetapi juga bagian dari menjaga identitas dan kebanggaan daerah. “Sapi Pasundan adalah warisan yang harus dijaga, karena keberadaannya mencerminkan karakter dan kekuatan masyarakat Kuningan,” ujarnya.
Sebagai putra asli Cibingbin, Ali Akbar menegaskan bahwa pelestarian Sapi Pasundan adalah bentuk nyata pengabdiannya kepada masyarakat. “Dengan menjaga Sapi Pasundan, kita menjaga masa depan peternak, ekonomi lokal, dan ikon kebanggaan Kuningan,” tutupnya. (NARS)