Dedi Mulyadi Tegaskan: Tak Boleh Ada Lagi Geng Motor dan Tawuran di Jawa Barat

Jawa Barat Kuningan Pemerintahan Pendidikan

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa seluruh aktivitas geng motor dan aksi tawuran, terutama yang melibatkan pelajar, tidak boleh lagi terjadi di wilayah Jawa Barat. Penegasan itu disampaikan saat menghadiri puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional tingkat Provinsi Jawa Barat yang digelar di Lapangan Rindam III/Siliwangi, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025).

“Sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Tidak boleh ada geng motor dan tawuran di Jawa Barat,” tegas Dedi Mulyadi, yang akrab disapa KDM.

Menurutnya, berbagai kekerasan di kalangan pelajar sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerima banyak laporan dari para orang tua yang anaknya menjadi korban maupun pelaku kekerasan.

“Banyak anak yang harus masuk rumah sakit karena dipukul atau terkena senjata tajam oleh temannya sendiri. Ada juga yang kedapatan memakai lem, bahkan mencuri. Ini sudah luar biasa,” ungkap Dedi.

Ia menyampaikan, dalam beberapa kasus, pihaknya sudah mengambil tindakan tegas dengan mengirim pelajar bermasalah ke lembaga pendidikan berbasis kedisiplinan di Rindam III/Siliwangi. Program ini dilakukan dengan persetujuan orang tua, sebagai bagian dari solusi konkret untuk membentuk karakter dan perilaku positif anak.

“Mereka akan dididik secara disiplin ketat, didampingi guru, dan diarahkan agar berubah. Tidak semua anak yang nakal akan gagal. Asalkan mau berubah, mereka punya masa depan,” jelasnya.

Dedi juga mengingatkan masyarakat agar tidak hanya menjadi pengamat atau pengkritik semata terhadap persoalan kenakalan remaja. Ia mengajak semua pihak untuk turut serta mengambil langkah nyata.

“Coba rasakan sendiri naik motor lewat tengah malam di kota-kota seperti Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Bogor, Karawang. Situasinya sudah menyeramkan. Maka pemerintah tidak bisa hanya menunggu. Harus ada tindakan tegas dan terukur,” ujarnya.

KDM menambahkan, kebijakan pendidikan disiplin ini telah mendapat dukungan luas dari para orang tua, bahkan hingga dari luar provinsi. Menurutnya, pola-pola pendidikan yang hanya bersifat wacana tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman.

Sebagai bagian dari pendekatan yang lebih menyeluruh, Dedi juga meluncurkan konsep pendidikan berbasis nilai lokal yang ia sebut sebagai *Panca Waluya*, yaitu Cageur, Bageur, Bener, Pinter, dan Singer (sehat, berakhlak, benar, cerdas, dan cekatan).

Ia menegaskan, sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama. “Bangunan sekolah harus lebih kokoh dan berkualitas dibanding kantor pemerintahan. Pendidikan adalah pondasi utama peradaban Jawa Barat,” tegasnya.

Dengan berbagai langkah tersebut, Dedi Mulyadi berharap tidak ada lagi ruang bagi geng motor dan aksi tawuran di Tanah Pasundan. (NARS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *