KUNINGAN – Krisis air yang melanda wilayah Linggajati dan sejumlah desa di lereng Gunung Ciremai menjadi perhatian serius para penggiat lingkungan. Mereka menilai eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan sebagai faktor utama penyebab menurunnya pasokan air bersih bagi warga setempat.
Ketua DPD Gema Jabar Hejo Kuningan, Daeng Ali mengungkapkan bahwa kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena diduga ada pembendungan aliran mata air oleh oknum pengelola restoran wisata kuliner. Akibatnya, pasokan air ke desa-desa sekitar menurun drastis, mengancam kebutuhan masyarakat serta keseimbangan ekosistem.
- Jadwal Imsakiyah dan Waktu Sholat Hari ke-21 Ramadhan, untuk Kabupaten Kuningan dan Sekitarnya
- Doa Hari ke-21 Ramadhan: Mohon Petunjuk dan Perlindungan dari Godaan Setan
- Anggaran Dipangkas 50 Persen, Damkar Kuningan Hanya Layani Kedaruratan Kebakaran
- Jasad Bocah Hanyut di Sungai Cikadongdong Ditemukan pada Hari Keenam Pencarian
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Kuningan Hari ke-20 Ramadhan 2025
“Ada dugaan kuat bahwa mata air dibendung demi kepentingan bisnis, sementara masyarakat dan lingkungan menjadi korban. Air adalah hak bersama dan pemanfaatannya harus bijaksana serta berkelanjutan,” ujar Daeng Ali, Rabu (26/2/2025).
Salah satu mata air yang terdampak adalah Mata Air Cikuda, yang kini tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan warga. Menurut Daeng Ali, ini menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sumber daya alam di kawasan tersebut belum mengedepankan prinsip keberlanjutan.
“Eksploitasi yang tidak terkendali merusak sistem ekologi yang sudah berjalan lama. Jika dibiarkan, bukan hanya masyarakat yang menderita, tetapi juga ekosistem yang bergantung pada sumber air ini,” tegasnya.
Gema Jabar Hejo mendesak pemerintah daerah dan pihak terkait untuk segera memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya air terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang jadi andalan Kabupaten Kuningan.
Daeng Ali menegaskan bahwa krisis air ini bukan sekadar persoalan distribusi, melainkan ancaman serius bagi kelangsungan hidup masyarakat dan keberlanjutan lingkungan. “Pemerintah harus memastikan pengelolaan sumber daya alam dilakukan dengan prinsip keberlanjutan yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Jika eksploitasi dibiarkan, dampaknya akan semakin besar di masa depan,” imbuhnya.
Sebagai langkah konkret, Gema Jabar Hejo juga mendorong adanya regulasi lebih tegas dalam pengelolaan sumber daya air. Mereka berharap pemerintah segera bertindak agar keberlanjutan alam dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
“Sudah saatnya kita berpikir jangka panjang. Keuntungan sesaat tidak boleh mengorbankan alam dan kehidupan masyarakat. Keberlanjutan harus menjadi prioritas utama,” katanya. (NARS)