KUNINGAN – Warga Desa Cikondang, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan, diresahkan oleh serangan hewan buas yang menerkam ternak milik warga. Tujuh ekor kambing ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan pada Rabu pagi (7/5/2025), usai serangan yang diduga terjadi tengah malam sebelumnya.
Serangan ini disebut baru pertama kali terjadi di wilayah tersebut. Namun, warga mengaku sudah sering melihat penampakan hewan buas yang diduga macan tutul di sekitar hutan desa.
- BTNGC Klaim Longsor Bukan Dampak Pembangunan Arunika, Bupati Kuningan Bicara Begini
- Dede Ismail Desak Pembentukan Tim Investigasi Gabungan, Soroti Longsor di Bawah Arunika
- Pelatihan Bela Negara Pelajar SLTP di Kuningan, Bupati Dian: Investasi Moral untuk Anak Bangsa
- Jalan Penghubung Citenjo–Bantar Panjang Nyaris Putus, Warga Malah Singgung Harga Karpet Rp99 Juta
- Longsor di Kawasan Bawah Wisata Arunika, Pemerhati Lingkungan Ingatkan Risiko Daya Dukung Alam
”Ini kejadian pertama serangan terhadap ternak, sebelumnya warga hanya melaporkan sering melihat macan tutul di sekitar hutan,” ujar Kepala Desa Cikondang, Lia Nuryanah, saat dikonfirmasi.
Korban serangan hewan buas kali ini adalah Hadri, peternak asal RT 005 RW 002 Dusun Cikondang 2. Dari sepuluh ekor kambing yang ia pelihara di kandang Blok Jene, tujuh ekor ditemukan mati. Empat bangkai kambing berada di sekitar kandang, satu di luar kandang, dan dua lainnya diduga dibawa masuk ke dalam hutan oleh hewan pemangsa.
Menanggapi kejadian tersebut, Hadri berencana menjual tiga ekor kambing yang tersisa. Ia khawatir kejadian serupa akan terulang dan menyebabkan kerugian lebih besar.
“Rencananya akan dijual saja karena takut kambing yang tersisa juga jadi sasaran,” ujar Lia menirukan keluhan warganya.
Langkah serupa juga tengah dipertimbangkan oleh sejumlah peternak lain di desa tersebut. Mereka memilih memindahkan kambing-kambing mereka ke lokasi kandang yang lebih aman dan dekat dengan pemukiman.
Kepala Desa Lia Nuryanah menyebut lokasi kandang milik Hadri memang cukup jauh dari permukiman warga, sekitar tiga kilometer. Hal itu membuat respons terhadap serangan hewan liar menjadi terlambat dan rawan terulang.
Kerugian akibat insiden ini ditaksir mencapai Rp10 juta. Pemerintah desa, lanjut Lia, akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk BKSDA untuk langkah penanganan dan pencegahan agar kejadian serupa tak kembali terjadi. (Nars)