KUNINGAN – Pendakian menuju puncak Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan mengalami lonjakan signifikan pada Sabtu (16/8/2025), satu hari menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Keramaian pendaki, yang didominasi oleh Jalur Palutungan, diprediksi akan terus berlanjut hingga Senin (18/8/2025) lusa, seiring dengan libur panjang.
- Gelar “Sapa Warga” di Cigugur, Ika Siti Rahmatika Dorong Kolaborasi Budaya dan Ekonomi
- Demo di Tengah Hujan, Mahasiswa Tuding Legislator Hanya Butuh Rakyat Saat Kampanye
- Pastikan “Steril” Narkoba, Warga Binaan Baru Lapas Kuningan Wajib Jalani Tes Urine
- Jadwal Audiensi Diundur, Ketua PERMAHI: Isu Air Keruh dan Dugaan Korupsi Tetap Kami Kawal
- Wujudkan “Kuningan Nol Sampah” Rumah Sadulur Gandeng Ratusan Desa Belajar Kelola Sampah
Camat Cigugur, Yono Rahmansah, menyatakan bahwa fenomena ini adalah tradisi tahunan. “Kami melihat semangat nasionalisme yang sangat tinggi, di mana banyak pendaki berhasrat untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi Jawa Barat,” ujarnya.
“Kami telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan kelancaran dan keamanan para pendaki,” imbuh Yono lagi.
Sementara, pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) memperketat pengawasan melalui Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Perwakilan BTNGC, Lukman, menjelaskan bahwa pendaftaran wajib dilakukan secara daring (online) dengan biaya sebesar Rp120.000 per orang.

“Biaya tersebut sudah termasuk PNBP Rp50.000, biaya Cek Kesehatan Rp20.000, dan retribusi jasa wisata Rp50.000,” jelas Lukman. Ia juga menambahkan, sesuai SOP pendakian, setiap kelompok wajib beranggotakan minimal empat orang, siap secara fisik dan perlengkapan.
Pendaki juga diwajibkan naik sebelum pukul 11.00 WIB dan membawa kembali sampah kemasan makanan yang mereka bawa.
Lukman menyebutkan bahwa hingga hari ini, sebanyak 260 pendaki telah mendaftar SIMAKSI secara daring, dengan sekitar 200 orang sudah mulai memasuki jalur pendakian. Selain itu, ada sekitar seratusan orang yang melakukan pendakian cepat atau ‘tektok’ tanpa menginap.

Menurut petugas posko pendakian Cadas Poleng Palutungan, Sandi Baron, kondisi jalur pendakian saat ini terpantau lebih aman. Dengan kapasitas area kamping yang mampu menampung 405 orang, BTNGC telah mengerahkan 100 anggota mahasiswa pencinta alam (mapala) untuk membantu pengamanan jalur dan memberikan bantuan medis.
“Para relawan ditempatkan secara strategis, terutama di area krusial dari Pos 6 ke atas,” tutur Sandi.
Sandi menuturkan, sebagian anggota mapala ada yang khusus bersiaga di setiap shelter, sementara sebagian lainnya bertugas secara mobile untuk memantau kondisi pendaki di jalur-jalur rawan.
Kepadatan pendaki juga dilaporkan terjadi di pos pendakian Sadarehe dan Apuy Majalengka, sementara jalur Linggasana dan Linggajati masih terpantau normal. Peningkatan jumlah pendaki ini menjadi bukti tingginya animo masyarakat untuk merayakan Kemerdekaan RI di alam terbuka. (Nars)










