KUNINGAN – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kuningan, Wahyu Hidayah, menawarkan akselerasi investasi sebagai ‘resep’ utama untuk mengatasi berbagai persoalan fundamental yang membelit Kabupaten Kuningan.
Gagasan ini dipaparkannya secara komprehensif usai mengikuti uji kompetensi teknis calon Sekda di Gedung BKPSDM Kuningan, Jum’at (24/10/2025).
- Anak Buah Prabowo Apresiasi Dakwah Sosial Ciptawening Subang di Momentum Maulid Nabi dan Hari Santri
- Yayasan Ciptawening Gelar Aksi Sosial Peringati Maulid Nabi dan Hari Santri
- Wahyu Hidayah Usung Akselerasi Investasi sebagai ‘Jalan Keluar’ Atasi Pengangguran dan Kemiskinan Ekstrem di Kuningan
- Peserta Terlama Diuji, U Kusmana ‘Kupas Tuntas’ Visi Sekda di Depan Tim Penguji
- Beni Prihayatno: Uji Kompetensi Manajemen Talenta Saring Calon Sekda yang Benar-benar Kompeten
Menurut Wahyu, yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Kabupaten Kuningan saat ini menghadapi sejumlah pekerjaan rumah yang saling berkaitan, mulai dari angka pengangguran yang tinggi mencapai 7,78% atau sekitar 47.000 jiwa, kemiskinan ekstrem yang disebutnya sebagai “tamparan bagi wajah Kuningan”, hingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang hanya berkontribusi 15% dari total APBD.
“Akar mendasarnya kan itu. APBD kita tidak baik-baik saja. Masalah pengangguran, kemiskinan, bahkan stunting, semua itu bisa selesai jika kita membuka ruang investasi seluas-luasnya,” ujar Wahyu.
Dalam makalahnya yang bertajuk “Akselerasi Investasi Kuningan”, ia mengusung slogan “Sareundeuk Saigel, Investasi Maju, Kuningan Melesat”. Ia memaparkan simulasi konkret: jika 10 perusahaan saja berinvestasi dan menyerap masing-masing 5.000 tenaga kerja, maka akan tercipta 50.000 lapangan kerja baru.
Angka ini diyakini akan membuat angka pengangguran di Kuningan menjadi nol.Lebih jauh, ia merinci efek domino dari masuknya investasi. Dengan upah sesuai UMK sekitar Rp2,2 juta, seorang pekerja dapat menghidupi keluarganya di atas garis kemiskinan ekstrem yang berada di angka Rp2 juta per keluarga (dengan 4 anggota).
Hal ini secara otomatis akan mengentaskan puluhan ribu warga dari jurang kemiskinan.“Jika 50.000 tenaga kerja terserap, maka akan menopang hidup 200.000 jiwa. Sementara jumlah penduduk miskin kita hanya 137.000 jiwa. Angka kemiskinan akan langsung anjlok,” tegasnya.
Selain itu, peningkatan daya beli masyarakat juga diyakini akan menekan angka stunting, karena warga mampu membeli pangan yang lebih bergizi untuk anak-anak mereka. (Nars)










