KUNINGAN – Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Kuningan sukses menggelar Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar). Kegiatan yang digagas oleh PAC GP Ansor Luragung dan Satkoryon Banser Luragung ini ditutup Ahad, 27 Juli 2025 di Desa Benda, Kecamatan Luragung, diikuti oleh 45 peserta muda dari berbagai desa dengan semangat pengabdian.
Kasatkorcab Banser Kabupaten Kuningan yang juga menjabat Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, mengatakan bahwa menjadi Banser adalah pilihan hidup untuk mengabdi tanpa pamrih.
- Gelar “Sapa Warga” di Cigugur, Ika Siti Rahmatika Dorong Kolaborasi Budaya dan Ekonomi
- Demo di Tengah Hujan, Mahasiswa Tuding Legislator Hanya Butuh Rakyat Saat Kampanye
- Pastikan “Steril” Narkoba, Warga Binaan Baru Lapas Kuningan Wajib Jalani Tes Urine
- Jadwal Audiensi Diundur, Ketua PERMAHI: Isu Air Keruh dan Dugaan Korupsi Tetap Kami Kawal
- Wujudkan “Kuningan Nol Sampah” Rumah Sadulur Gandeng Ratusan Desa Belajar Kelola Sampah
“Banser adalah jalan sunyi yang tak banyak dipilih. Tapi justru di jalan itulah kita belajar cinta tanah air, kesetiaan kepada ulama, dan kesiapsiagaan menghadapi berbagai keadaan,” ujar Wahyu.
Ketua PC GP Ansor Kuningan, M. Muhaimin, yang akrab disapa Cak Imin-nya Kuningan, menegaskan pentingnya proses kaderisasi yang kokoh dan adaptif. “Diklatsar ini bukan sekadar latihan fisik. Ini adalah ruang transformasi. Kita tidak hanya mencetak kader tangguh di lapangan, tapi juga membentuk pribadi yang santun, religius, dan cinta NKRI,” kata Cak Imin.
Ia menambahkan, tema Diklatsar kali ini, “Banser kudu sagala nyaho, sagala bisa, sagala boga,” mencerminkan harapan agar kader Banser cerdas, terampil, dan mandiri, serta siap menjadi solusi di tengah masyarakat.
Sementara, Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Barat, H. Muhammad Rasdi, yang turut memberikan pembekalan, menyampaikan bahwa Banser masa kini harus terus beradaptasi dan bergerak lebih progresif. “Banser harus hadir bukan hanya sebagai pengamanan. Tapi juga pelopor ketahanan sosial, relawan kebencanaan, bahkan agen literasi dan digitalisasi di desa,” ungkapnya.
Ia menegaskan loyalitas Banser kepada ulama dan tanah air tidak boleh diragukan, sebagai “tameng umat” yang memikul kehormatan NU dan bangsa.
Selama tiga hari, para peserta dibekali beragam materi, mulai dari Aswaja dan ke-NU-an, wawasan kebangsaan, kebanseran, penanggulangan bencana, hingga simulasi tugas lapangan. Semua proses dirancang untuk membentuk kader yang siap secara fisik, mental, dan spiritual.
Mengutip dawuh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, “Kalau santri dan kader NU tidak turun tangan, tunggulah kehancuran bangsa ini,” Banser Kuningan dengan tegas menyatakan kesiapan mereka untuk menjaga Islam dan Nusantara. (Nars)










