KUNINGAN, – Pemandangan berbeda tersaji dalam Karnaval Budaya Hari Jadi ke-527 Kuningan di Jalan Siliwangi, Ahad (5/10/2025). Ratusan mahasiswa dari Universitas Kuningan menggelar aksi teatrikal untuk melayangkan kritik tajam terhadap Pemerintah Daerah (Pemda) yang dinilai abai terhadap isu konservasi lingkungan.
- Puluhan Dapur MBG di Kuningan Beroperasi Tanpa Pengawasan Penuh
- Dramatis, 5 Petugas Satpol PP Sigap Amankan Pria Ngamuk Serang Warga
- Anggaran Damkar Kuningan Disorot Golkar: Hanya Rp105 Juta, Tak Sebanding dengan Risiko Petugas
- Fraksi Amanat Restorasi Ingatkan Pemkab Kuningan: Jalan Mulus Tak Ada Artinya Jika Anak Masih Gizi Buruk
- Fraksi PKS Beberkan ‘PR Besar’ Pemkab Kuningan: Dari Tata Ruang Mangkrak Hingga Mafia Perizinan
Dalam aksinya, para mahasiswa mengenakan beragam atribut unik untuk menarik perhatian, seperti puluhan bajak laut dengan galon air di punggungnya hingga menghadirkan sosok bajak laut raksasa orang penuh luka yang memegang tempat air.
Aksi ini menjadi simbolisasi atas kerusakan alam dan ancaman krisis air yang membayangi Kuningan.
Melalui seruan bertajuk “Air Untuk Anak Cucu”, para mahasiswa mendesak Pemda Kuningan untuk secara serius berupaya menjadikan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi.

Menurut mereka, setiap kebijakan yang dilahirkan pemerintah harus berpegang teguh pada asas lingkungan dan keberlanjutan. Mereka menganggap bahwa kebijakan yang ada saat ini belum cukup kuat dan tegas dalam melindungi alam Kuningan.
Kritik paling keras ditujukan pada praktik pembangunan fisik di area-area vital. Para mahasiswa menegaskan bahwa gunung, hutan, dan sungai seharusnya ditanami pohon, bukan diisi dengan tugu, beton, atau aspal.
Mereka memperingatkan bahwa jika pembangunan yang tidak ramah lingkungan ini terus berlanjut, maka sumber daya air yang melimpah di Kuningan tidak akan menjadi berkah, melainkan berubah menjadi musibah.
Seluruh pesan moral ini, menurut para mahasiswa, disuarakan demi menjamin masa depan dan kehidupan anak cucu di Kuningan kelak. (Nars)