Harga Kedelai Merangkak Naik, Pedagang dan Produsen Tahu di Kuningan Menjerit

Ekonomi Bisnis Kuningan Ragam

KUNINGAN – Kenaikan harga kedelai dalam sepekan terakhir membuat para produsen dan pedagang tahu di Kabupaten Kuningan menjerit. Bahan baku utama pembuatan tahu yang kini tembus di atas Rp10.200 per kilogram ini memaksa pelaku usaha untuk mengurangi produksi hingga mengurangi ukuran tahu demi menutupi biaya operasional yang semakin membengkak.

Salah satu produsen tahu di Kecamatan Kuningan, Aris, menjelaskan, kenaikan harga kedelai dari agen ini karena faktor cuaca. Kedelai yang dibelinya dari agen memang kedelai impor yang menurut agen terpaksa harganya harus naik karena suplai kurang.

Akibat naiknya harga kedelai ini, Aris mengaku terpaksa mengurangi jumlah produksi harian hingga 50 persen karena harga kedelai yang melonjak sejak pertengahan April. Jika sebelumnya ia mampu menghabiskan 60-70 kg kedelai per hari, kini hanya mampu memproduksi tahu dengan bahan baku 30 – 40 kg kedelai.

“Kalau dipaksakan produksi normal, ya tekor. Modalnya nggak nutup. Harga kedelai dari agen sekarang sudah di atas Rp10.200, padahal biasanya masih di kisaran Rp9.000-an,” ujar Aris saat ditemui di lokasi usahanya, Kamis (24/4/2025).

Aris mengaku omzet penjualan juga berkurang drastis. Ia juga terpaksa merumahkan 2 orang pegawainya yang biasa membantu memproduksi tahu di lapak usahanya.Kini yang bekerja tinggal dirinya, istri dan seorang anaknya saja.

Kondisi naiknya harga kedelai ini juga dirasakan oleh pedagang tahu keliling, Pardi. Pria asal Desa Tambakbaya ini mengaku ikut menaikkan harga jual tahu, namun tetap harus menghadapi keluhan dari pelanggan.

Menurutnya, jika tidak menaikkan harga, maka penghasilannya tidak akan cukup untuk kebutuhan harian.”Kemarin-kemarin masih Rp 500 satunya, sekarang naik jadi Rp 600 per biji. Tapi pembeli banyak yang protes, bilang mahal. Saya juga bingung, nggak mungkin jual rugi terus,” keluh Pardi sambil menyusun dagangannya.

Jika dalam sehari Ia bisa menjual 8-10 ancak tahu per hari, namun kini Ia hanya bisa menjual maksimal 6 ancak saja.

Mereka berharap pemerintah segera mengambil langkah, baik dengan stabilisasi harga kedelai maupun bantuan langsung bagi pelaku UMKM terdampak. Sebab jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin banyak usaha kecil seperti produsen tahu gulung tikar.

“Kami minta pemerintah jangan diam. Kalau bisa, bantu agar harga kedelai ini stabil atau normal kembali. Kalau tidak, Saya tidak punya pekerjaan lagi,” ujar Pardi.

Lonjakan harga kedelai ini bukan hanya menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha kecil, tetapi juga bisa berdampak pada daya beli masyarakat. Para pelaku usaha berharap, ada intervensi dari pemerintah agar harga kedelai kembali stabil dan pelaku UMKM bisa bernafas lebih lega. (NARS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *