KUNINGAN – Upaya pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kuningan terus dilakukan dari berbagai sektor, salah satunya melalui peningkatan produktivitas pertanian lokal. Hal ini tampak dalam kegiatan panen perdana Demonstration Plot (Demplot) Ubi Jalar yang digagas oleh DPD Bakti Taskin Kuningan bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan di wilayah Kecamatan Cilimus.
- Puluhan Dapur MBG di Kuningan Beroperasi Tanpa Pengawasan Penuh
- Dramatis, 5 Petugas Satpol PP Sigap Amankan Pria Ngamuk Serang Warga
- Anggaran Damkar Kuningan Disorot Golkar: Hanya Rp105 Juta, Tak Sebanding dengan Risiko Petugas
- Fraksi Amanat Restorasi Ingatkan Pemkab Kuningan: Jalan Mulus Tak Ada Artinya Jika Anak Masih Gizi Buruk
- Fraksi PKS Beberkan ‘PR Besar’ Pemkab Kuningan: Dari Tata Ruang Mangkrak Hingga Mafia Perizinan
Ketua Umum Bakti Taskin, Syahrul Zakki, menjelaskan bahwa penanganan kemiskinan di Kuningan harus dimulai dari sektor yang menjadi tumpuan masyarakat, yaitu pertanian. Menurutnya, mayoritas masyarakat Kuningan menggantungkan hidup dari hasil pertanian, sehingga penguatan sektor pangan menjadi langkah strategis.

“Komoditas unggulan seperti ubi jalar memiliki potensi besar. Setiap tahun sekitar 5.000 hektare lahan di Kuningan ditanami ubi jalar. Melalui Demplot ini, kami ingin menunjukkan hasil nyata bahwa dengan penerapan teknologi dan kolaborasi, produktivitas bisa meningkat signifikan,” ujarnya.
Syahrul menambahkan, kegiatan Demplot ini bukan hanya sekadar percontohan, melainkan menjadi media pembelajaran bagi petani. Lokasi lahan yang mudah diakses publik diharapkan dapat menjadi wahana edukasi bagi masyarakat luas mengenai praktik budidaya ubi jalar yang modern dan efisien.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Sanusi, mengungkapkan bahwa produktivitas ubi jalar di Kuningan selama ini rata-rata berkisar 20 ton per hektare. Namun melalui penerapan teknologi dan pola tanam baru yang diterapkan oleh Bakti Taskin, hasilnya diprediksi meningkat tajam.
“Dari hasil ubinan awal, produktivitas bisa mencapai 6 ton per 100 bata atau sekitar 60 ton per hektare. Ini peningkatan yang luar biasa dibandingkan sebelumnya,” terang Sanusi.

Ia menambahkan, peningkatan hasil panen ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga penghasilan petani. Jika sebelumnya petani hanya berpenghasilan sekitar Rp1,2 juta per bulan, kini diproyeksikan bisa mencapai Rp2,5 juta per bulan.
“Dengan biaya produksi sekitar Rp3,5 juta per 100 bata dan harga jual Rp3.700 per kilogram, petani memperoleh keuntungan bersih yang jauh lebih tinggi. Inilah bentuk nyata pengentasan kemiskinan melalui peningkatan produktivitas,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DPD Bakti Taskin Kuningan, Hj. Elah Helayati, menyampaikan bahwa program Demplot ini merupakan wujud sinergi antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan kelompok tani. Melalui kegiatan tersebut, pihaknya ingin memperkuat kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.
“Ubi jalar memiliki potensi pasar luas, bergizi tinggi, dan bernilai ekonomi. Kami ingin menjadikan budidaya ubi jalar sebagai gerakan bersama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,” ujar Elah.
Ia juga mengungkapkan bahwa ke depan Bakti Taskin sedang menjajaki kerja sama ekspor dengan beberapa negara di Asia, di antaranya Hong Kong dan Taiwan.
“Insya Allah awal tahun depan kami akan menandatangani MOU ekspor hasil ubi jalar Kuningan ke luar negeri. Ini langkah konkret agar hasil panen petani terserap dan memiliki nilai tambah ekonomi yang besar,” tambahnya.
Dengan hasil panen demplot yang diprediksi mencapai 66 ton per hektare, program ini diharapkan menjadi tonggak awal kebangkitan pertanian lokal sekaligus solusi nyata dalam mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kuningan. (Nars)