KUNINGAN – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Barat, Wahyu Wijaya, menyoroti ancaman serius yang menyasar generasi muda melalui media digital. Menurutnya, pelemahan rasa cinta tanah air dan pemahaman agama kini menyusup secara halus melalui permainan daring (game) yang bermuatan kekerasan.
- Gelar “Sapa Warga” di Cigugur, Ika Siti Rahmatika Dorong Kolaborasi Budaya dan Ekonomi
- Demo di Tengah Hujan, Mahasiswa Tuding Legislator Hanya Butuh Rakyat Saat Kampanye
- Pastikan “Steril” Narkoba, Warga Binaan Baru Lapas Kuningan Wajib Jalani Tes Urine
- Jadwal Audiensi Diundur, Ketua PERMAHI: Isu Air Keruh dan Dugaan Korupsi Tetap Kami Kawal
- Wujudkan “Kuningan Nol Sampah” Rumah Sadulur Gandeng Ratusan Desa Belajar Kelola Sampah
Hal tersebut ditegaskan Wahyu saat diwawancarai di sela-sela kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda di Villa De La Tina, Desa Puncak, Kabupaten Kuningan, Selasa (25/11/2025).
”Pelemahan dari luar ini menyasar langsung kepada generasi muda. Mereka dilemahkan pemahaman agamanya dan kecintaannya pada tanah air. Ini masuk melalui berbagai game yang dimainkan anak-anak kita yang mulai diarahkan pada isu-isu kekerasan,” ujar Wahyu.
Wahyu menjelaskan bahwa pemahaman wawasan kebangsaan harus diberikan secara simultan dan menyeluruh. Mengingat Indonesia memiliki kekayaan keberagaman yang luar biasa, dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, serta beragam bahasa dan kepercayaan.
”Aset keberagaman ini harus dipelihara. Kita harus membangun kondusifitas agar Jawa Barat tetap aman. Jika aman, ekonomi bisa tumbuh dan Sumber Daya Manusia (SDM) bisa terus dibangun,” paparnya.
Namun, Wahyu menyadari bahwa tugas berat ini tidak mungkin dipikul oleh pemerintah sendirian. Ia menyerukan perlunya sinergitas yang kuat (pentahelix) antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.
”Ini perlu sinergitas, harus dibangun bareng-bareng. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja,” tegasnya.
Menatap tahun anggaran depan, Bakesbangpol Jabar telah menyiapkan strategi khusus. Wahyu menyebutkan pihaknya akan fokus membentengi pelajar agar tidak terjerumus pada paham radikalisme dan terorisme.
Uniknya, sasaran sosialisasi tidak hanya berhenti pada anak muda. Wahyu menekankan pentingnya peran perempuan dalam strategi ini.
”Selain kepada anak-anak, pembinaan ini juga akan menyasar kaum ibu. Bagaimanapun, ibu adalah pondasi pendidikan karakter di dalam keluarga,” sebutnya. (Nars)










